Belajar dari Luka

on

Luka yang tak terlihat lebih berbahaya, karena kita tak pernah tahu seberapa dalam dan lebarnya. Kita tak pernah tahu seberapa banyak luka itu ada dalam diri kita. Meski kita berusaha memiliki hati seluas samudra agar tak mudah marah ataupun tersinggung oleh sesuatu, tetap saja kita adalah manusia yang tidak mati rasa. Bahkan sebuah kepekaan hati adalah sebuah kelebihan dari seseorang, lembutnya hati adalah sebuah hiasan kecantikan hati tersebut. Maka wajar sekali manusia terluka bahkan memang lidah dan sikap bisa menjadi pedang tajam yang melukai kita. sebagian luka berbekas namun ada pula yang tak berbekas. Bertumbuh menjadi manusia yang dewasa, bijak, dan memiliki pemahaman yang baik tentang kehidupan dan tentang takdir Allah memiliki arti bahwa manusia itu tumbuh dari merawat setiap luka yang ia miliki. Jika luka dan ujian itu tak membunuh kita maka kitalah yang bertambah kuat dari setiap luka yang kita sadari dan obati.

Percayalah memiliki lingkaran terdekat yang baik saling mengingatkan, saling suport dan dengan sabar mendengarkan segala ganjalan di hati adalah sebuah anugrah terindah. Lingkaran terdekat itu tak harus dekat dalam jarak dan raga namun dekat di hati, dekat di doa. Senantiasa menyambung silaturahim walau hanya sekedar menanyakan kabar. Bagaimana kabar hatimu? Apakah kamu baik baik saja? Bagaiamana kabar mu? Apakah kamu bahagia?

Jika kamu ingin menangis, tidak apa apa jika kamu ingin menangis, menangislah. Bersedih, terluka dan merasa tidak baik baik saja itu boleh nggak apa apa. Dalam kehidupan silih berganti kita pasti mendapatkan giliran untuk merasakannya. Yang tidak boleh adalah yang berlebihan, terlalu sedih berlarut larut sehingga mengganggu aktifitas kehidupan kita yang sehat dan layak itu barulang tidak boleh. Harus bangkit lagi dan lagi. Semua rasa itu datang untuk mengajarkan kita bahwa jatuh dan terluka adalah keniscayaan. Sesuatu yang tak bisa kita hindari, dari kesemuaannya adalah baik untuk kita. Dalah sebuah hadis Rosulullah SAW menyampaikan bahwa setiap urusan/takdir yang menimpa seorang mukmin itu adalah baik baginya. Karena saat mereka menyikapinya dengan syukur dan sabar semua itu adalah kebaikan serta mengambil hikmah/pelajaran dari hal yang menimpanya maupun menimpa orang lain.

Setiap manusia di bumi merasakan rasa sedih, kecewa ataupun sakit walau dalam bentuk yang berbeda beda dan dengan takaran yang berbeda pula sesuai dengan kemampuan masing masing dari kita tentunya. Rasa sakit, sedih, kecewa, jatuh dan terluka mengajarkan kita sebuah kesabaran, mengajarkan kita untuk lebih kuat lagi, mengajarkan kita untuk mencintai dengan benar, mengajarkan kita untuk tak menaruh harapan, mengajarkan kita untuk tidak menyerah dengan mudah, dan masih banyak lagi yang bisa kita pelajari dari setiap hal yang menyakitkan.

Leave a comment